Dari semua catatan tentang istana Majapahit, terdapat satu catatan yang paling menarik dari semua catatan yang ada. Catatan itu adalah catatan Odorico da Pordenone. Catatan perjalanan tersebut, dicetak dalam buku I viaggi di Frate Odorico. Oleh James D. Rush, dalam bukunya A Java Travellers Antology, catatan ini dijadikan catatan penting yang menyingkap perjalanan ke Majapahit pada masa lalu. Karena kunjungan Odorico Mattiuzzi diperkirakan terjadi pada tahun 1321-1322 Masehi maka diperkirakan berlangsung pada masa pemerintahan Prabu Sri Jayanagara. (1)

Menariknya dari catatan Odorico da Pordenone tersebut, adalah adanya ulasannya mengenai istana Majapahit dari sisi struktur dan bahan yang digunakan. Ia mencatat bahwa istana Majapahit dilapisi emas.

Berkat Menguasai Perdagangan Rempah Dunia

Secara keseluruhan, catatan Odorico da Pordenone mengenai Majapahit adalah sebagai berikut.

“Saya pergi ke sebuah pulau lain bernama Jawa yang memiliki garis keliling pantai sepanjang 3.000 mil dan raja Jawa memiliki tujuh raja lain di bawah kekuasaan utamanya. Pulau ini dianggap sebagai salah satu pulau terbesar di dunia dan sepenuhnya dihuni; berlimpahan cengkih, kemukus dan buah pala serta segala macam rempah lain juga banyak, jenis makanan lain dalam jumlah besar, kecuali anggur. Raja Jawa memiliki sebuah istana besar dan mewah paling menakjubkan yang pernah saya lihat, dengan tangga lebar dan megah ke arah ruangan di bagian atas, semua anak tangga secara bergantian terbuat dari emas dan perak. Seluruh dinding bagian dalam dilapisi oleh lapisan emas dan perak. Seluruh dinding bagian dalam dilapisi oleh lapisan emas tempa, di mana gambar-gambar ksatria diukirkan pada lapisan emas tersebut. Setiap ksatria berhiaskan sebuah mahkota emas kecil yang dihias dengan beragam batu mulia. Atap istana ini terbuat dari emas murni dan seluruh ruangan di bawah dilapisi berselingan oleh lempeng-lempeng berbentuk kotak yang terbuat dari emas dan perak. Khan yang agung, atau Kaisar China, sering mengadakan peperangan dengan Raja Jawa, tetapi serangannya selalu berhasil dipatahkan dan dipukul mundur”.(2)

Ada dua catatan penting dari Odorico da Pordenone terkait Jawa (Majapahit). Pertama. Raja Jawa (Majapahit) memiliki cengkih, kemukus dan buah pala serta segala macam rempah lain secara berlimpah dan memiliki jenis makanan lain dalam jumlah besar. Kedua. Sang raja memiliki istana besar dan mewah yang paling menakjubkan dari yang pernah Odorico da Pordenone lihat, karena istananya berlapis emas dan perak dalam jumlah yang sangat banyak.

Odorico da Pordenone seperti hendak mengatakan bila karena menguasai perdagangan rempah dunia dengan ditandai berlimpahnya rempah yang dimiliki, Jawa (Majapahit) menjadi sangat kaya. Dengan kekayaan tersebut membuat istana Jawa menjadi paling menakjubkan dari yang pernah Odorico da Pordenone lihat. Odorico da Pordenone sebagai seorang biarawan dari Ordo Santo Francis tentu mengetahui Roma atau Konstantinopel. Saat ia mengatakan: Raja Jawa memiliki sebuah istana besar dan mewah paling menakjubkan yang pernah saya lihat, dapat dikatakan ia sesungguhnya juga telah membandingkan dengan Roma dan Konstantinopel. Bahkan juga dengan istana terlarang, karena catatan Odorico da Pordenone atau Odorico Mattiuzzi dibuat selepas perjalanannya ke Kaisar China era Dinasti Yuan.

Informasi ketakjuban Odorico da Pordenone seperti menegaskan kebenaran informasi Prapanca. Dalam Nāgarakṛtāgama 83.1.4, Prapañca mencatat: Mangkin rabḍekana yāwadharaṇi kapawitrarya ring rāt prakāśa, nghing jambudwīpa lāwan yawa ktang inucap kottamanyan sudeśa. Menurut Prapañca tersebut, Jawa dan Jambudwīpa (Vijayanagara) dicatat sebagai negeri terkaya dan termakmur di dunia pada masa itu, (Irawan 2011:133).

Bentuk Istana Emas

Menurut Odorico da Pordenone, istana Raja Jawa yang besar dan mewah serta paling menakjubkan yang pernah dilihatnya merupakan sebuah bangunan istana yang terpisah dengan lainnya. Bangunan istana tersebut memiliki tangga untuk menuju ruangan di bagian atas. Ini menunjukkan jika bangunan istana tersebut dibuat lebih tinggi dari sekitarnya. Anak tangga bangunan istana, secara berselang seling dibuat dari emas dan perak.

Bangunan istana yang disebut Odorico da Pordenone adalah sebuah bangunan istana yang tertutup dan bukan terbuka. Hal ini karena bangunan istana tersebut memiliki dinding, dan dinding bagian dalam dilapisi dengan emas dan perak. Emas yang utamanya melapisi dinding bagian dalam, berupa lapisan emas tempa yang padanya terdapat gambar (relief) para ksatria. Setiap relief ksatria itu bermahkota dan dihias dengan beragam jenis batu mulia. Karena Odorico da Pordenone menyebut sebagai istana, maka dimungkinkan referensi istana seperti yang ia ketahui, yaitu ada pintu ataupun ruangan-ruangan sebelum ruangan utama.

Pada atap bangunan istana, Odorico da Pordenone mencatat dibuat dari emas murni. Selain itu seluruh ruangan di bawah (lantai) berupa lempeng kotak dari emas dan perak yang disusun berselang seling. Catatan Odorico da Pordenone bahwa seluruh ruangan di bawah berselingan oleh lempeng-lempeng berbentuk kotak yang terbuat dari emas dan perak, menunjukkan jika arsitektur istana Majapahit kala itu, seperti tengah menerapkan motif busana simbolik Anoman atau juga Bima yaitu poleng bang bintulu aji. Namun bukan hitam dan putih, tapi emas dan perak. Karena itu kotak emas dan perak yang dimaksud tentu seukuran. Kemungkinan berukuran 30×30, 50×50, 60×60, atau 1mx1m. Dengan ukuran ruangan yang sangat besar, lempeng kotak emas dan perak yang ada, akan membuat degradasi warna menjadi semakin indah.

Lokasi Istana Emas

Catatan Odorico da Pordenone mengenai istana besar dan mewah Majapahit yang berlapis emas dan perak tersebut, pada dasarnya merupakan sebuah  kesaksian sejarah pada masa lalu. Menjadi pertanyaan kemudian, istana emas tersebut sesungguhnya terletak di mana di nāgara Majapahit?

Informasi Odorico da Pordenone mengenai istana Jawa, yang memiliki ciri sebagai istana besar dan mewah yang terbuat dari emas dan perak, ternyata dicatat pula oleh Prapañca. Menurut Nāgarakṛtāgama ternyata istana yang disebut Odorico da Pordenone merujuk pada gṛha nggwan śrī nātha n paweh sewa. Sebuah istana yang fungsinya seperti Arz Odasi di Istana Topkapi, yaitu sebuah tempat bagi para sultan Dinasti Utsmaniyyah menerima duta besar asing.

Prapañca dalam Nāgarakṛtāgama mencatat gṛha nggwan śrī nātha n paweh sewa memang sebuah bangunan yang berstruktur besar seperti kesaksian Odorico da Pordenone. Selain itu juga tinggi dan tiada taranya dalam hal kemewahannya. Bangunan ini, dibangun sebagai tempat raja memberi audiensi kepada mereka yang menghadapnya.  

Teks Nāgarakṛtāgama pupuh 9.4.3-4:

wetan têkang gṛhânopama wangunan ikâśry aruhur sopacara,
nggwan śrī nātha n paweh sewa ring umark umungw ing witānâprameya

Terjemahan:
‘Di sebelah timur adalah gṛha yang tiada taranya, (struktur) bangunannya besar, tinggi, mengesankan keagungan,
Tempat Sri Raja memberikan audiensi, kepada siapa saja yang datang menghadap. Mereka yang bertempat di witana amatlah banyak’.

Dari hal tersebut, maka informasi Odorico da Pordenone jika kembali diperbandingkan dengan informasi Prapañca, menunjukkan bila Odorico da Pordenone dapat dikatakan sebagai sedikit dari tamu yang diterima Raja Majapahit hingga ke ruang audiensi. Sebuah tempat penerimaan yang paling dalam di istana Majapahit bagi seorang utusan asing. Hal ini menunjukkan bila Raja Majapahit kala itu, demikian antusias dalam menerima tamu asingnya tersebut.

Kalimat: Gṛha nggwan śrī nātha n paweh sewa oleh Prapañca memang tidak disebut berbahan emas dan perak secara eksplisit. Prapañca hanya menyebutnya secara implisit, di mana ia menggunakan istilah gṛha yang tiada taranya (anopoma). Anopoma atau anupama berarti tidak ada yang menyamai, tiada taranya, (Zoetmulder 1995:45). Di mana maksudnya adalah tidak ada yang menyamai dalam kemewahan bahan yang digunakan. Dan kemewahan itu adalah emas dan perak sebagaimana yang disaksikan oleh Odorico da Pordenone dalam jumlah besar. Penggunaan bahasa implisit namun efektif dari Prapañca sesungguhnya juga dapat dimaklumi, karena ia melukiskannya dengan bahasa kakawin atau puisi.*   

Note:

  1. Lihat https://kotomono.co/kesaksian-odorico-atas-kejayaan-majapahit/.
  2. https://kotomono.co/kesaksian-odorico-atas-kejayaan-majapahit/. Dalam Ritual Netwoks and Royal Power in Majapahit Java, hlm. 100. Lihat juga Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia I, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 431. “… Raja (Jawa) memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. (Dan) pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada …. Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuhkan emas. Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini, tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya”.

Sumber gambar:

https://kotomono.co/kesaksian-odorico-atas-kejayaan-majapahit/.

1 comment

  1. Saya pernah mendengar di YouTube bahwa bangunan istana dan rumah penduduk terbuat dari kayu, karena bangunan untuk yg masih hidup harus dari kayu/organik, sedangkan bangunan dari batu atau bata untuk yang sudah mati (contoh: candi). Maka dari itu bekas istana atau perumahan sangat sulit ditemukan. Bagaimana menurut anda?

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*
*