Yumi adalah istilah busur dalam bahasa Jepang. Yumi demikian terkenal karena dinilai elegan dan panjang, dengan perbedaan yang mudah dikenali dibandingkan dengan yang digunakan di Barat. Pada ketinggian rata-rata 2 m, mereka lebih tinggi dari pemanah, sehingga sangat berbeda dengan busur Barat yang lebih pendek dan karena itu lebih kuat.
Berbeda juga dengan busur lainnya di dunia, Yumi mempunyai bentuk asimetri. Pegangan berada pada posisi dua pertiga dari ujung atas busur sehingga kurva bagian atas dan bagian bawah busur berbeda. Secara tradisional, Yumi terbuat dari bambu, kayu, dan kulit.
Gambar 1: Yumi (Busur Jepang)
Gambar 2: Yumi Saat Dibentangkan Pemanahnya
Dari informasi tersebut, dapat dikatakan jika Yumi memiliki 2 ciri khas. Pertama. Sebagai busur yang memiliki bentuk sangat panjang melebihi pemanahnya (sekitar 2 m). Kedua. Yumi memiliki bentuk asimetri.
Jejak Yumi Dalam Tradisi Jawa Kuna
Di Jawa Kuna, dikenal adanya busur-busur yang sangat panjang, baik dalam bentuk simetri maupun asimetri. Jejak-jejak busur tersebut, terdapat dalam rangkaian relief candi yang ada di Jawa. Jejak busur tradisi Jawa Kuna yang memiliki bentuk asimetri seperti Yumi misalnya, dapat dilihat dalam relief Karmawibangga Borobudur.
Dalam relief tersebut, tampak jelas sang pemanah menggunakan panahnya secara asimetri. Di mana sang pemanah memegang busurnya pada posisi dua pertiga dari ujung atas busur.
Gambar 3: Busur Asimetri Jawa Kuna Dalam Relief Karmawibangga Borobudur
Bila dilihat dari bentuk gambar relief yang ada, tampak bila para pengguna busur asimetri tersebut merupakan pemburu dan bukan dari kalangan istana jika melihat tampilan pemanahnya. Namun tidak berarti busur asimetri hanya digunakan oleh para pemburu dari kalangan non istana. Hal ini dapat dilihat dalam relief Jataka Borobudur sebagaimana berikut.
Gambar 4: Busur Asimetri Jawa Kuna Dalam Relief Jataka Borobudur
Sekalipun kondisi relief tidak sempurna karena rusak, busur yang digunakan pemanah yang jika dilihat dari tampilannya tampak sebagai seorang bangsawan dengan ragam hias rambut yang dikenakan, terlihat asimetri. Hal ini karena pegangan busur yang juga sebagai tempat untuk memanah tampak lebih pendek dari ujung busur. Selain itu busur yang dilukiskan juga tampak lebih tinggi dari sang pemanah. Jika melihat busur di belakang langsung sang pemanah pertama, tampak busur yang ada jauh lebih tinggi dari mereka yang membawanya.
Busur Panjang Simetri Dalam Tradisi Jawa Kuna
Selain jejak busur panjang dalam tradisi Jawa Kuna yang asimetri, Jawa Kuna juga mengenal busur panjang yang simetri. Misalnya saja adalah gambar relief Prambanan sebagai berikut.
Gambar 5: Rama dan Busurnya Dalam Relief Prambanan
Busur yang digunakan Rama saat memusnahkan musuh ini dilukiskan sangat panjang. Karena sekalipun rusak, busur yang telah direntangkan tampak bagian bawahnya menyentuh tanah (kaki) Rama dan busur bagian atasnya, tingginya di atas tinggi Rama. Ujung atas busur juga tampak menarik karena membentuk sebuah lengkungan yang indah.
Demikian pula gambar relief Prambanan lainnya. Gambar relief tersebut adalah sebagai berikut.
Gambar 6: Rama dan Busurnya Dalam Relief Prambanan
Gambar busur Rama saat memanah buaya dalam relief tersebut, dilukiskan sangat panjang. Hal ini karena busur tersebut saat dibentangkan bagian bawahnya digambarkan menyentuh tanah dan bagian atasnya melebihi tinggi Rama.
Busur Pendek Simetri Dalam Tradisi Jawa Kuna
Selain busur panjang asimetri dan simetri, Jawa Kuna sesungguhnya juga mengenal busur pendek. Semua busur pendek tersebut merupakan busur simetri. Misalnya saja sebagaimana pada gambar relief Avadana Borobudur, sebagai berikut.
Gambar 7: Busur Pendek Dalam Relief Avadana Borobudur
Gambar di atas tampak terlihat sang pemanah tengah menarik busurnya hingga melengkung. Busur bagian bawah dilukiskan setinggi paha pemanahnya saat digunakan dan bagian atasnya setinggi ujung atas hiasan kepala pemanahnya. Dengan ukuran tersebut, busur tersebut dapat dikategorikan busur pendek bila diperbandingkan dengan panah Rama dalam relief Prambanan sebelumnya.
Selain itu, busur pendek juga tampak pada gambar Laksmana dengan busurnya sebagaimana penggambaran dalam relief Penataran.
Gambar 8: Busur Pendek Laksmana Dalam Relief Penataran
Bila dilihat dari gambarnya, tampak busur yang digunakan Laksmana merupakan gambar busur pendek. Berdasar perbandingannya, busur tersebut kala digunakan bagian bawahnya setinggi paha pemanahnya dan bagian atasnya setinggi hiasan kepala pemanahnya. Gambar yang terlihat mirip dengan gambar relief Avadana Borobudur sebelumnya.
Namun demikian kedua panah tipe pendek tersebut sekalipun memiliki ukuran yang sama, keduanya sesungguhnya memiliki perbedaan bentuk. Pada tipe relief Avadana Borobudur, tampak busur saat dibentangkan membentuk pola setengah lingkaran penuh. Sementara itu tipe relief Penataran, tampak busur memiliki sisi-sisi busur yang melengkung yang jelas. Karena itu kala busur dibentangkan, ia tidak akan membentuk pola setengah lingkaran penuh. Busur tipe relief Penataran ini, tampak lebih mirip seperti busur Mongolia.
Gambar 9: Busur Mongolia
Kesimpulan
Dari hal tersebut, dapat dikatakan jika pada tradisi Jawa Kuna dikenal banyak tipe busur. Baik tipe panjang simetri maupun panjang asimetri, juga tipe pendek yang melengkung membentuk pola setengah lingkaran penuh maupun yang tidak. Sayangnya semua tradisi busur Jawa Kuna tersebut pada saat ini hilang karena tidak dilanjutkan.
Yang tertinggal pada saat ini adalah busur tipe gandewa. Ia dibuat dari kayu, bambu dan tali. Busur ini jika dilihat dari sisi bentuk merupakan tipe busur pendek sebagaimana era Jawa Kuna. Sekalipun dengan detail yang lebih sederhana, gandewa tampak lebih melanjutkan busur tipe relief Penataran karena tidak membentuk pola setengah lingkaran penuh saat dibentangkan.
Gambar 10: Jemparingan
Sumber:
Di sosialisasikan dari https://corenews.id/2024/02/04/yumi-busur-panjang-dan-asimetri-dalam-tradisi-jawa-kuna/ karya Irawan Djoko Nugroho