Demikian pula informasi Ibn Khordazbeh (844), Ibn-A-Fakih (902), Sulayman (851), Abu Zayd Hasan (916) misalnya, yang mengisahkan tentang Zabag (Jawa). Keberadaan mereka menunjukkan Majapahit yang disebut juga sebagai Yawapuri atau Kerajaan Jawa sudah mengenal Timur Tengah. Jadi tidak benar, Majapahit tidak mengenal Timur Tengah.
Ilustrasi: Perjalanan Ibn Batutta

Dalam Sarasehan Kejayaan Majapahit – Sebuah Mitos atau Fakta yang diselenggarakan Pusaka Indonesia dan berlangsung di Auditorium Jusuf Ronodipuro RRI Jakarta, (19/10/2024), ada dua informasi penting tentang Majapahit. Informasi tersebut disampaikan oleh Guru Besar Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Prof. Dr. Agus Aris Munandar.

Informasi tersebut adalah sebagai berikut. Pertama. Ada dua kerajaan yang menguasai Jawa, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. (Lihat: https://www.youtube.com/watch?v=-bXvEn8z5T0, Jam 1.20.16-30). Kedua. Majapahit belum mengenal Timur Tengah. Pedagangnya baru sampai ke India. Orang-orang India yang ke kita (Lihat: https://www.youtube.com/watch?v=-bXvEn8z5T0, Jam: 1.50.32-37). Menjadi pertanyaannya adalah benarkah demikian?

Pada dasarnya, informasi adanya dua kerajaan yang menguasai Jawa, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit, utamanya didasarkan pada data Pararaton yang ditulis pada 1535. Jika melihat Nāgarakṛtāgama yang ditulis tahun 1365,  pernyataan Agus Aris Munandar sepertinya tanpa dasar. Sebab menurut Nāg. 42.2.4. Suṇda dan Madhura disebut sebagai bagian dari Jawa. Ndatan lingĕn i Suṇda len Madhura pan satanah i Yawa. Madhura yang disetarakan Suṇda bahkan mendapat penjelasan sebelumnya, secara sangat jelas bahwa Madura tidak termasuk kerajaan lain. Yaitu, kunang tekang nusa Madhura tatan ilw ing parapuri, Nāg. 15.2.1.

Berdasar kajian filologis di mana teks muda tidak dapat untuk merevisi teks tua, maka informasi Pararaton dan data lain yang lebih muda tidak dapat digunakan sebagai alat untuk merevisi Nāgarakṛtāgama. Menariknya, berdasar catatan Dinasti Cina, catatan dinasti tersebut memperkuat informasi Nāgarakṛtāgama. Dalam catatan Dinasti Cina, Sunda atau Sin-t’o tidak dicatat berhubungan langsung dengan Cina. Ini menunjukkan Sunda bukan merupakan kerajaan mandiri atau merdeka menurut versi Pararaton.

Di sini tampaknya Agus Aris Munandar menyamakan sumber data baru dengan sumber data lama. Dua hal yang seharusnya dipisahkan dan tidak bisa disatukan.

Pada informasi Majapahit belum mengenal Timur Tengah, juga merupakan penyampaian informasi yang keliru. Timur Tengah atau Arab disebut Majapahit dengan sebutan Yawana. Yawana menurut  Prapañca merupakan sekutu tetap Majapahit.

Nāgarakṛtāgama Nāg.  15. 1:

lwir ning Deśântara kac[h]aya de śrī narapatī,
tuhun tang Syangkâyodhyapura kimutang
Marūtma mwang ring Rājapura nguniweh Singhanagari,
ri Kāmbojânyat i Yawana mitrêka satatā.

Terjemahan:

Lihat keadaan dari Deśântara yang dilindungi oleh Sri Raja,
Bahwasanya dia adalah: Syangka, Ayodyapura bersama dengan Dharmanagari,
Marūtma dan Rājapura dan Singhanagari pula,
Cāmpā, Kāmboja. Yang lain adalah: Yawana, yang merupakan sekutu tetap.

Tampaknya Agus Aris Munandar tidak membaca Yawana. Atau kemungkinan besar ia juga menganggap Yawana sebagai satu kesatuan dengan negara yang disebut sebelumnya sebagai Deśântara. Padahal Yawana didahului dengan kata anyat ‘kecuali’. Yaitu sebagai satu-satunya negara yang disebut dengan mitrêka satatā ‘sekutu tetap’. Sementara Deśântara disebut dengan kac[h]aya de śrī narapatī ‘dilindungi oleh Sri Raja’.

Informasi Jawa mengenal Yawana dapat dilihat dari kisah Ibn Batutta (Ibnu Batutah) ke Pasai dan Jawa (Majapahit). Demikian pula dalam Sejarah Baru Dinasti Tang (618-907), dimana Dazi (Arab) dicatat pernah berniat menyerang Ka-ling (Jawa). Namun penyerangan itu diundurkan karena Ka-ling (Jawa) melaksanakan hukum negara dengan benar, sehingga pangeran dari Dazi menjadi ketakutan. Lihat W.P. Groeneveldt, 2009:20-21.

Demikian pula informasi Ibn Khordazbeh (844), Ibn-A-Fakih (902), Sulayman (851), Abu Zayd Hasan (916) misalnya, yang mengisahkan tentang Zabag (Jawa). Keberadaan mereka menunjukkan Majapahit yang disebut juga sebagai Yawapuri atau Kerajaan Jawa sudah mengenal Timur Tengah. Jadi tidak benar, Majapahit tidak mengenal Timur Tengah.

Dalam salah satu catatan Duarte Barosa, Jawa bahkan mengirim senjata ke Arab (Yawana). Lihat Paul Michel Munoz, 2009: 396-397. Diterjemahkan oleh H.E.J Stanley (1866): Duarte Barbosa, A Description of the Coast of East Africa and Malabar in the Beginning of The 18th Century. Duarte Barbosa adalah keponakan Magellan, yang berkelana di Samudera Hindia dan Indonesia selama 15 tahun. Hubungan ini dapat terjadi karena terjadi mitrêka satatā sebelumnya.

Karena itu dapat disimpulkan bila kedua pernyataan Agus Aris Munandar yaitu: Ada dua kerajaan yang menguasai Jawa, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit dan Majapahit belum mengenal Timur Tengah, tidak tepat dan sangat keliru. Sangat disayangkan tentu saja.*

Disosialisasikan kembali dari tulisan Irawan Djoko Nugroho yang dimuat di CoreNews.id

Sumber foto:

https://www.traveler.es/viajeros/articulos/ibn-battuta-historia-peregrino-marco-polo-a-traves-del-islam/18260

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*
*