Dalam Novel Bumi Tak Bertepi, ada dua puisi utuh yang dihadirkan. Puisi Australia Akan Tenggelam dan Peluruku. Berikut puisi tersebut.
Australia Akan Tenggelam
Australia akan tenggelam.
Langit di atas Canberra,
Perth, Darwin, Brisbane,
Sydney, Melbourne,
Welington, Port Moresby, dan Dilli
Akan kembali berwarna Nusantara
Tak akan ada lagi kebencian, permusuhan,
dan keangkuhan
Berjalan di bumi damai
Australia akan tenggelam
Kasih sayang, persaudaraan, dan persamaan
akan menggenangi seluruh hati gersang luka
Membawakan seluruh kemakmuran bersama
tak terbayangkan
Membawakan cinta kasih kita yang hilang
Semua dalam satu kata
Australia akan tenggelam
Australia akan tenggelam
Peluruku
Suara sirene terdengar merdu bertalu-talu
memanggilku,
Dengan gembira segera kuraih senjata yang
t’lah lama kusimpan untuk itu,
Ku berlari menyongsong musuh yang buas
menghalangiku,
Mengukir nama indah untuk semua hari-
hariku.
Satu satu peluruku menyalak keras memecah
pekatnya marah,
Mengusir mimpi purba yang selalu ingin
kembali dicampakkan untukku.
Kutembakkan terus peluruku,
Hingga setiap musuhku yang masih tersisa,
Hilanglah hilang,
Terkubur dalam gelapnya sepi dalam dalam.
Angin memburu,
Angin memukul dengan kasar dan gelap mata,
bersama pekatnya debu, mesiu, dan amisnya
darah.
O bulan dan matahari. Lihatlah aku,
Akulah yang kini terakhir menatapmu.