Dari berbagai jenis minuman asli Indonesia, tidak ada yang dicatat menggunakan bahan olahan dari biji kakao (Theobroma cacao). Sebut saja misalnya 10 minuman hangat khas Indonesia yaitu Bajigur, Bandrek, Wedang Ronde, Sekoteng, Sarabba, Bir Pletok, Wedang Uwuh, Teh Talua, Kembang Tahu, dan Wedang Secang.
Dalam bukunya yang berjudul Warisan Kuliner Keraton Yogyakarta, BRAy Nuraida Joyokusumo pun tidak mencatat minuman rahasia istana yang menggunakan bahan olahan dari biji kakao. Nuraida hanya mencatat minuman rahasia istana Yogyakarta adalah Semlo, Adu Limo, Wedang Cengkeh, Secang, dan Beer Jawa.
Sejarah Cokelat Hingga Indonesia
Secara umum, istilah cokelat merupakan istilah untuk menyebut hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao (Theobroma cacao). Menurut sejarah, cokelat pertama kalinya dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika sebagai minuman. Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM.
Cokelat mulai dikenal dunia sebermula ketika delegasi Maya Kekchi dari Guatemala yang mengunjungi istana Spanyol membawa hadiah, di antaranya minuman cokelat tahun 1544 M. Hingga awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar yang digemari di istana Spanyol. Sepanjang abad itu pula, cokelat menyebar di antara kaum elit Eropa.
Terkait penyebarannya hingga Nusantara, cokelat masuk Nusantara memiliki kisah yang panjang. Dimulai tahun 1560 kakao masuk ke Indonesia melalui jalur Philipina dan Sulawesi Utara. Baru pada tahun 1806 tanaman kakao diperkenalkan di Jawa, dan tahun 1880 cokelat diperkenalkan di seluruh Indonesia. Dari hal tersebut maka seakan-akan aman untuk mengatakan jika minuman khas tradisional Indonesia, memang tidak ada yang menggunakan hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao. Namun sayangnya, pendapat itu ternyata tidak sepenuhnya tepat.
Wedang Soklat
Dalam Sĕrat Cĕnthini yang ditulis tahun 1814, dicatat adanya minuman yang menggunakan bahan olahan dari biji kakao. Minuman itu disebut Wedang Soklat. Wedang soklat ini merupakan salah satu dari berbagai minuman tradisional di Jawa yang dicatat dalam Sĕrat Cĕnthini, yaitu sebagai berikut.
Bĕras kĕncur, bir manis, wedang sĕkar sridhĕnta (srigading), wedang kahwa (kopi) dengan gula batu, wedang kahwa gula siwalan, wedang bubuk bendha, wedang blimbing wuluh gula aren, wedang teh lalap gĕndhis klapa, wedang teh gula batu, wedang (?) gĕndis aren, wedang jae lalaban gĕndhis klapa, wedang jae gula aren, wedang ron cĕngkeh, wedang ron sruni, wedang soklat, wedang srĕbat kopi, wedang tĕmu lawak dan wedang tĕmu, (Timbul Haryono, 1998: 96-97).
Menurut nama-nama tersebut, Timbul Haryono mencatat bahan yang digunakan dari berbagai minuman tersebut. Pertama bahan dari dedaunan yaitu sruni dan teh. Kedua bahan dari buah yaitu blimbing, bendha dan pace. Ketiga bahan dari biji yaitu kopi dan cokelat. Keempat bahan dari akar yaitu jahe dan temulawak. Kelima bahan dari bunga yaitu srigadhing. Keenam bahan dari campuran yaitu srĕbat, (Timbul Haryono, 1998: 96-97).
Dari uraian Timbul Haryono tersebut, soklat atau cokelat merupakan minuman tradisional Jawa. Jika saat ini ia tidak ada dalam minuman tradisional Jawa, maka tidak berarti ia sebelumnya tidak ada. Kemungkinan besar ia seperti sĕkul bucu, sĕkul bodhag, sĕkul asahan, sĕkul ingen, dan sĕkul lodhoh yang tidak lagi dikenal saat ini, (Timbul Haryono, 1998: 93).
Wedang Soklat Revisi Sejarah Cokelat di Jawa
Pencantuman Wedang Soklat sebagai salah satu minuman tradisional dalam Sĕrat Cĕnthini menunjukkan jika cokelat merupakan minuman yang populer masyarakat Jawa masa lalu atau setidaknya tahun 1814. Ia kemungkinan besar bahkan telah diketahui jauh sebelum tahun 1806. Mengingat Sĕrat Cĕnthini yang dibuat tahun 1814, menurut catatan sejarah dibuat berdasar data penelitian yang ada pada waktu itu. Dan Sĕrat Cĕnthini pun dibuat berdasar sumber Kitab Jatiswara tahun 1711 tahun Jawa atau 1783 M.
Sesuai misi Sĕrat Cĕnthini yang menghimpun pengetahuan Jawa masa itu, dan tidak adanya keterangan Wedang Soklat sebagai minuman dari luar Jawa, maka dapat dikatakan jika cokelat telah ada jauh sebelum kisah sejarah cokelat di Jawa pada saat ini. Karena itu dapat dikatakan jika sejarah cokelat di Jawa perlu direvisi. Cokelat sudah dikenal Jawa jauh sebelum tahun 1806.
Sangat menarik jika istilah soklat menjadi kata serapan bahasa Indonesia untuk cokelat. Ini menunjukkan jika coklat atau cokelat mampu menasionalisasi istilah asing dari yang sebenarnya memang tidak asing.
Sumber:
- Timbul Haryono, Serat Centhini Sebagai Sumber Informasi Jenis Makanan Tradisional Masa Lampau, Humaniora No. 8 Juni-Agustus 1998.
- BRAy, Nuraida Joyokusumo, Warisan Kuliner Keraton Yogyakarta.
- Sejarah Cokelat di Indonesia, http://www.cokelatndalem.co.id/di-balik-ndalem/sejarah-cokelat-di-indonesia/
- Sejarah Kakao di Indonesia, http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com/2011/06/sejarah-kakao-di-indonesia.html
- 10 Minuman Hangat Khas Indonesia, http://www.triptrus.com/news/10-minuman-hangat-khas-indonesia
- Cokelat, http://id.wikipedia.org/wiki/Cokelat