Gunung Bromo

Dalam tulisan yang berjudul Catatan Kecil Makna Sampurasun karya Dedi Mulyadi, seorang yang kala itu menjabat sebagai Bupati sekaligus budayawan Sunda beberapa waktu lalu, menyatakan jika sampurasun berasal dari kalimat “sampurna ning ingsuh” yang memiliki makna “sempunakan diri anda”. Menurutnya kembali, kesempurnaan diri adalah tugas kemanusiaan yang meliputi penyempurnaan pandangan, penyempurnaan pendengaran, penyempurnaan penghisapan, penyempurnaan pengucapan yang semuanya bermuara pada kebeningan hati. Pancara Kebeningan Hati akan mewujud sifat kasih sayang hidup manusia maka orang Sunda menyebutnya sebagai ajaran Siliwangi, silih asah, silih asih, silih asuh.

Pernyataan Dedi Mulyadi pada dasarnya sama dengan pernyataan dari Mang Yono dalam blognya, selain terdapat penjelasan lain terkait arti kata sampurasun. Mang Yono menyatakan: “Ada juga yang mengartikan Sampurasun berasal dari kalimat ‘Sampurna ning ingsuh’ yang memiliki makna sempurnakan diri anda”. Sedangkan menurut Rizaki Irlambang, sampurasun itu berasal dari literatur Sunda Kuno, sampuring ingsun atau sempurnakanlah diri Anda.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan jika tidak banyak yang mengetahui asal kata sampurasun, sekalipun oleh para budayawan Sunda sendiri. Menjadi pertanyaan kemudian, apakah benar Sampurasun berasal dari kalimat ‘Sampurna ning ingsuh atau Sampuring ingsun’, mengingat makna awal kata sampurasun adalah permohonan tiba-tiba diubah menjadi semacam kalimat perintah. Dimana kalimat sun (saya) diubah menjadi ingsuh (anda). Dan benarkah sun bisa diubah menjadi kata ingsuh, serta apa arti sebenarnya kata sun atau ingsun itu?

Bahasa Jawa Kuno

Hingga saat ini, banyak ditemukan prasasti di wilayah Sunda yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Misalnya saja prasasti Prasasti Sahyang Tapak yang ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang daerah Cibadak, Sukabumi. Dalam prasasti berbahasa Jawa Kuno tersebut, nama Sunda mulai muncul digunakan. Prasasti itu berangka tahun 952 Saka (1030 M), berbahasa Jawa Kuno dengan huruf Kawi. Nama tokoh yang disebut adalah Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabhuwanaman-daleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, sedangkan daerah kekuasaannya disebut Prahajyan Sunda.

Dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno dalam prasastinya, maka dapat dikatakan jika wilayah kerajaan Sunda pada masa lalu telah mendapat pengaruh kuat dari Jawa. Sehingga bahasa percakapan mereka pun menjadi lebih banyak mendapat pengaruh dari Jawa pada masa lalu. Termasuk ucapan digunakan saat saling bertemu, atau ketika seseorang menyapa khalayak ramai.

Dalam bahasa Jawa Kuno, sampurasun berasal dari kata sampura + sun. Menurut Kamus Jawa Kuno-Indonesia (KJKI). Vol. I-II. Terjemahan Darusuprapto-Sumarti Suprayitno. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, karya P.J. Zoetmulder hal 1008, sampura berarti kemurahan hati, ampunan, ampun. Lj ampura, apura, sapura. RL 1.132: sampun karang sampura ring hina wiyos eng tani. Dan kata sun berarti kata ganti orang pertama dalam pembentukan bentuk-bentuk pasif verbal; (jarang-jarang) = ingsun KHWj 1.52; 1.83: (sun kon lunga); KS 1.9; Mal 2.124; 2.228; ST 1.51: sun lumaku mungpung paḍang (w)ulan, KJKI hal: 1146.

Dari bahasa Jawa Kuno tersebut, maka dapat dikatakan jika kata sampura sun berarti ampuni saya atau maafkan saya. Hal ini karena sun sama dengan ingsun yang berarti aku atau saya.

Dalam bahasa Jawa Kuno pula, kata ingsuh berasal dari kata ing+suh. Ing berasal dari kata i, yang berarti patikel dengan fungsi preposisional di depan kata benda, sering-sering dikombinasikan dengan partikel penentuan ng untuk ing. KJKI hal: 376. Sedangkan kata suh berarti ikatan, tali, ikat pinggang. Lj asū IV. Sum 24.2: kṛşņākāra tĕngahnya de ni tapak ing suh, KJKI hal: 1134.

Arti Sampurasun Bukan Sempurnakan Diri Anda

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan jika kata sampurasun tidak dapat diartikan sebagai sempurnakan diri anda. Ingsuh tidak dapat diartikan sebagai ‘anda’. Jika tetap dipaksakan sampurasun sebagai sampurna ning ingsuh, maka artinya kurang lebih adalah sempurnakan ikatan.

Namun mengingat kata sampura memiliki makna permohonan, maka sebagai ucapan yang digunakan saat saling bertemu, atau ketika seseorang menyapa khalayak ramai, sudah seharusnya diikuti penjelasan siapa yang memohon. Dan yang memohon itu biasanya diri yang pertama kali membuka percakapan atau sun atau saya.

Karena itu, penjelasan Dedi Mulyadi yang menyatakan bahwa sampurasun berasal dari kalimat ‘Sampurna ning ingsuh’ yang memiliki makna sempurnakan diri anda, secara tata bahasa menjadi sangat tidak tepat. Sebagai bahasa Jawa Kuno, maka kata sampurasun, harus dimaknai dan diperlakukan sesuai kaidah Jawa Kuno dengan tidak membuat penjelasan lain selain menurut kaidah Jawa Kuno.

Sebagai bahasa Jawa Kuno yang masih aktif, dan tetap digunakan oleh masyarakat Sunda hingga sekarang, sudah seharusnya kata sampurasun mendapat apresiasi. Penggunaan kata sampurasun sebagai Bahasa Jawa Kuno dalam percakapan sehari-harinya masyarakat Sunda, menunjukkan jika sebenarnya hubungan Sunda dan Jawa dari dahulu hingga sekarang, disadari atau tidak sangat erat.

Hal tersebut semakin diperkuat dengan adanya raja yang menggunakan bahasa Jawa Kuna dan Kawi yaitu Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabhuwanaman-daleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, bertahta di wilayah yang disebut dengan Prahajyan Sunda.

Sumber:

Website
http://www.mangyono.com/2013/12/apa-itu-arti-sampurasun-dan-rampes.html
http://www.kaskus.co.id/thread/527b2614118b465c04000004/apa-itu-sampurasun/
http://www.blog-netizen.com/sampurasun-campur-racun/
http://www.wewengkonsumedang.com/2015/11/dipelesetkan-jadi-campur-racun-ini-arti.html
http://www.zonasiswa.com/2015/04/sejarah-kerajaan-sunda-kehidupan.html

Buku
P.J. Zoetmulder, Kamus Jawa Kuno-Indonesia (KJKI). Vol. I-II. Terjemahan Darusuprapto-Sumarti Suprayitno. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995.


Leave a Reply

Your email address will not be published.

*
*