Sebuah berita tentang replika kapal Majapahit sangat menarik untuk dicermati kembali. Berita dari Antara, terkait Kapal Majapahit.
Dicatat sebuah replika kapal Majapahit dibangun tahun 2009 di Madura, Jawa Timur, dan sejak 2010 kemudian dilayarkan menuju Jepang. Sayangnya kapal tersebut harus kembali karena tiupan badai topan di Filipina. Rencana pelayaran ke Jepang pun menjadi gagal di tahun 2011. Desain kapal itu menurut Menko Kemaritiman Rizal Ramli kala itu, dibuat semirip mungkin dengan yang dimiliki Majapahit pada 8 abad silam. Ekspedisi ini juga memberikan simbol bahwa Indonesia adalah negeri yang akan membuktikan bahwa kejayaannya berada di laut.
Kapal yang disebut sebagai replica Kapal Majapahit tersebut, memiliki ukuran panjang 20 meter dan lebar 4,5 meter dan berkapasitas 12 orang tersebut direncanakan akan memakan waktu dua sampai tiga bulan dengan rute mulai dari Jakarta menuju Pontianak, melalui tepi Selat Karimata, lalu menyusup ke pantai barat Kalimantan sampai ke Brunei Darussalam. Lalu dari Brunei lanjut ke arah utara sampai Manila. Dari Manila sampai ke Taiwan Selatan, dan langsung ke Okinawa lalu kemudian merapat ke Tokyo untuk dimuseumkan.
Replika Dibangun Tanpa Melibatkan Ahlinya
Ada dua hal kesalahan terkait kapal Majapahit dan ukurannya. Dalam kajian teks, istilah kapal Majapahit tidak ada. Kapal Majapahit dengan ukuran panjang 20 meter dan lebar 4,5 meter dan berkapasitas 12 orang, yang digunakan untuk pelayaran perekonomian pada masa lalu juga terlalu kecil. Secara umum berikut diskripsi kapal Majapahit menurut teks Melayu Klasik.
Dalam teks Melayu Klasik, Kapal Majapahit dicatat dalam Hikayat Raja-Raja Pasai (HRRP), Hikayat Hang Tuah (HHT), dan Sejarah Melayu (SM).
Menurut Hikayat Raja-Raja Pasai (HRRP), Kapal Majapahit itu terdiri dari tiga tipe yaitu: Jong, Malangbang dan Kelulus.
Sa-telah itu, maka di-suroh baginda mustaedkan segala kelengkapan dan segala alat senjata peperangan akan mendatangi negeri Pasai itu, sa-kira-kira empat ratus jong yang besar-besar dan lain daripada itu banyak lagi daripada malangbang dan kelulus. HRRP: 98.
Dari semua kapal Majapahit tersebut, kapal Jong merupakan kapal utama. Dalam Hikayat Hang Tuah (HHT) surat kenegaraan Majapahit dikirim melalui kapal tipe Jong ini.
Maka Pateh Gajah Mada pun mengarang surat bingkis. Sa-telah sudah, maka di-berikan-nya surat itu kapada rangga. Maka Tun Utama dan Tun Bija Sura pun bermohon-lah ka-bawah duli Seri Betara dan Pateh Gajah Mada, lalu berjalan ka-Tuban. Maka rangga dan jaksa pun naik-lah ka-jong. Maka surat dan bingkis itu pun di-naikkan ka-atas jong itu, HHT: XII: 228.
Menurut Sejarah Melayu (SM), dalam setiap pelayarannya, kapal Jong selalu diiringi kapal lain, baik kapal Malangbang dan Kelulus.
Setelah betara Majapahit menengar bunyi surat bendahari raja Singapura itu, maka bagindapun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jung, lain dari pada itu kelulus, pelang, jongkong tiada terbilang lagi, SM. X: 77.
Kapal Majapahit Pada Masa Demak
Kapal pada masa Demak dicatat oleh Tom Pires, seorang penulis dan bendahara Portugis. Tom Pires dicatat lahir di Portugal, ± 1468 dan meninggal di Kiangsu, China pada tahun 1540 pada usia 72 tahun. Menurut Tom Pires kapal-kapal Jawa terdiri atas jenis junks, pangjava, dan lancharas.
Samarang is joined to Tegal at one end, and at other to land of Demak. The pate of Samarang is called Pate Mamet. He is father-in-law of Pate Rodim, lord of Demak, and is obedient to Demak. It has a port, not a very good one. I has rice and foodstuffs. This place has three junks, and four or five lanchara,(Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tom Pires, Hakluyt Society, London, 1944, hal: 184).
He used to get rid of all the crops from his lands in Malacca; thus he used to send [them] in his junks and pangajavas, while merchants from Malacca went to his country in junks, from which trade he used to have large quantities of merchandise in his lands, and made a large profit, (Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tom Pires, Hakluyt Society, London, 1944, hal: 186).
Tipe kapal era Demak sebagaimana catatan Tom Pires tersebut menunjukkan adanya kesamaan dengan tipe kapal era Majapahit. Istilah Junks menurut Tom Pires memiliki kesamaan dengan istilah Jong atau Jung menurut HRRP, HHT dan SM. Istilah Pangajava menurut Tom Pires memiliki kesamaan dengan istilah Malangbang menurut HRRP. Dan istilah Lancharas menurut Tom Pires memiliki kesamaan dengan istilah Kelulus menurut HRRP. Dari hal itu, maka dapat dikatakan jika kapal-kapal era Demak adalah sama dengan kapal-kapal era Majapahit.
Jika Gaspar Correia mencatat Flor de la Mar, kapal Portugis yang tertinggi, bagian belakang kapal hampir tak dapat mencapai jembatan kapal Junco Jawa, (Robert Dick-Read, 2008: 69-70), maka dapat dikatakan jika kapal Majapahit tipe Jong juga sebesar itu. Menurut pengukuran Irawan, (Irawan, 2011), junco Jawa (kapal Demak) memiliki panjang, lebar dan tinggi 4-5 kali kapal Flor de la Mar. Dengan demikian panjang junco Jawa adalah 313,2 m – 391,5 m.
Kesalahan Replika Kapal Majapahit
Ketika Gaspar Correia mencatat adanya perang antara kapal Portugis dan Junco Jawa, Gaspar Correia tidak mencatat adanya tundan atau outrigger kapal. Karena itu dapat dikatakan jika kapal Junco Jawa dan tentu juga kapal Majapahit tidak memiliki tundan atau outrigger.
Kapal yang menggunakan tundan dalam Jawa Kuno disebut Banawa, (Irawan, 2011: 266-267). Sedangkan kapal yang tidak menggunakan tundan dalam Jawa Kuno disebut Parahu, (Irawan, 2011: 266-267). Karena dalam teks kapal Majapahit disebut Parahu, maka dapat dikatakan jika kapal Majapahit tidak menggunakan tundan. Dari hal tersebut maka Replika Kapal Majapahit yang memakai tundan dapat dikatakan tidak tepat.
Menyangkut bentuk kapal, Replika Kapal Majapahit dilukiskan menggunakan adanya rumah-rumahan diatas dek kapal. Lukisan ini kiranya mengacu pada kapal Borobudur. Bila mengacu pada keterangan Gaspar Correia, Junco Jawa tidak dicatat adanya rumah-rumahan itu. Karena itu, kapal Majapahit tidak memiliki rumah-rumahan sebagaimana lukisan Replika Kapal Majapahit.
Replika Kapal Majapahit Sesat dan Menyesatkan
Dari gambaran tersebut di atas, maka Replika Kapal Majapahit yang telah dibuat dapat dikatakan sesat dan menyesatkan. Sesat karena ia tidak menjelaskan replika kapal mana yang dimaksud, apakah kapal Jong, Malangbang atau Kelulus.
Menyesatkan karena membuat sejarah sendiri yang tidak dilandaskan pada data sejarah yang ada. Karena itu, dapat dikatakan jika pembuat Replika Kapal Majapahit bukan saja tidak memiliki bahan dalam menyusun kerangka replikanya, tapi diperkirakan palah memiliki misi yang disengaja atau tidak, untuk menghancurkan sejarah bangsa yang ada. Sayang.*
Sumber:
- Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tom Pires, Hakluyt Society, London, 1944.
- Hill, A.H. “Hikayat Raja-raja Pasai a Revised Romanished Version of Raffles MS 67, Together with an English Translation”. Journal Malayan Branch [vol. 33. Pt.2, 1960], Royal Asiatic Society: 1-335.
- Irawan Djoko Nugroho, Majapahit Peradaban Maritim, Jakarta: Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, 2011.
- Kasim Ahmad, M.A Hikayat Hang Tuah. Menurut Naskhah Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Kuala Lumpur, 1964.
- Robert Dick-Read Penjelajah Bahari. Pengaruh Peadaban Nusantara di Afrika. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.
- Sitor Situmorang dan Teeuw, Sejarah Melayu. Djakarta/Amsterdam: Penerbit Djambatan.
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/05/04/napak-tilas-kapal-majapahit-menuju-jepang