Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang sangat terkenal dalam sejarah Indonesia selain Majapahit. Kerajaan ini dianggap sebagai kerajaan nasional pertama di Nusantara sebelum kerajaan Majapahit. Ia juga merupakan simbol kebesaran Sumatera awal. Wilayah kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaannya bahkan ada yang mencatat melingkupi Jawa, Sumatera, Kalimantan, Malaya, Thailand Selatan dan Kamboja,(1).

Kerajaan Sriwijaya, dicatat mengalami masa kejayaannya ketika diperintah oleh Maharaja Darmasetu dan Maharaja Samaratungga yang berkuasa sekitar tahun 792-835 M. Sriwijaya dicatat tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825,(2).

Memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa itu, menjadikan wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana. Dengan kata lain dinasti Sailendra dicatat menguasai Jawa.

Kekeliruan Kerajaan Sriwijaya

Apabila melihat lebih jauh tentang sejarah Sriwijaya, sebenarnya ada kekeliruan sejarah yang akut tentangnya. Kekeliruan ini, kiranya perlu mendapat klarifikasi agar sejarah Sriwijaya dapat menjadi jelas. Beberapa klarifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama. Tidak ada migrasi wangsa Sailendra ke Jawa. Karena wangsa Sailendra berasal dari Jawa. Menurut Poerbatjaraka wangsa Sailendra asli Indonesia yang mulanya menganut agama Siwa, tapi sejak Rakai Panangkaran berpindah menjadi penganut agama Buddha Mahayana. Pendapat Poerbatjaraka diperkuat pula dengan ditemukannya prasasti Sojomerto.

Kedua. Kerajaan Sriwijaya tidak dicatat dalam sejarah dinasti Cina, padahal Sriwijaya tengah mengalami masa kejayaannya. Dalam Sejarah Lama Dinasti Tang (618-907) dan Sejarah Baru Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya tidak dicatat. Padahal pada masa itu, Sriwijaya ‘dicatat’ mencapai masa kejayaannya. Sejarah Baru Dinasti Tang hanya mencatat adanya kerajaan bernama Poli di Sumatera. Sriwijaya atau San-bo-zai baru dicatat dalam Sejarah Dinasti Song (960-1279).

Sriwijaya adalah Kerajaan Yang Dikendalikan Jawa

Informasi berita Cina tersebut memberikan ruang menarik untuk mengetahui seberapa besar sebenarnya Sriwijaya pada masa itu. Jika dalam berita Cina, Sriwijaya yang tengah mencapai kejayaannya tersebut ternyata tidak diketahui oleh Cina atau tidak dicatat oleh sejarawan dinasti Cina, dan sejarawan dinasti Cina lebih memilih mencatat Jawa, maka dapat dikatakan jika kebesaran Sriwijaya sebenarnya tidak ada.

Dalam Tatanegara Majapahit, Muhammad Yamin menilai jika Sriwijaya hanyalah sebuah negara atau kerajaan yang dikendalikan oleh Jawa. Beberapa argumentasi yang ia gunakan adalah sebagai berikut, (3).

Pertama. Balaputradewa yang berpindah dari Jawa ke Sumatera pada tahun 856, tetap menjadi anggota rajakula Sailendra, baik ketika di Jawa Tengah sebelum tahun 856 atau sesudah tahun itu ketika sudah menjadi kepala negara Sriwijaya di pulau Sumatera. Sailendra adalah nama dinasti dan Sriwijaya nama negara yang dikuasai dinasti tersebut.

Kedua. Kepala negara Sriwijaya dinamai menurut prasasti Vieng Sa Śrīwijayewarabhūpati, Śrīwijayendrarāja dan menurut petulisan Nalanda Suwarnadwipadhipamahāraja, dan dengan tegas ternyata segala kepala negara itu ialah anggota dinasti Sailendra.

Ketiga. Menurut Prasasti Raja di kota Laiden, anggota dinasti Sailendra bernama Marawijaya-Utunggawarman putra Cundamaniwarman menjadi raja menguasai Kataha dan Sriwijaya, sehingga ternyata lagi hubungan antara negara dan dinasti dalam rangka kesatuan tatanegara.

Keempat. Istilah Śailendra-vaņśa, Śailendraraja sama isi dan maksudnya dengan istilah Raja-Raja Melayu atau Raja-Raja turunan Siguntang, karena dalamnya tersimpan urat kata Syalamalai-gunang, yang membawa hubungan yang sangat rapi antara naluri sejarah dengan kepercayaan dan kesatuan tatanegara, itupun lepas dari jawaban pertanyaan dimanakah letaknya Malayu atau bukit Siguntang.

Kesimpulan

Dari hal tersebut, dapat dikatakan jika kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan nasional pertama di Nusantara sebelum kerajaan Majapahit adalah tidak benar. Hal ini karena Sriwijaya hanyalah sebuah negara bagian. Negara nasional pertama adalah kerajaan Medang di Jawa. Wilayah kerajaan Sriwijaya yang dicatat mencapai Jawa Tengah sebagaimana catatan Wikipedia Sriwijaya juga tidak benar. Hal ini karena Jawa Tengahlah yang merupakan negara pusat dari kerajaan Sriwijaya. Bila benar Śailendra-vaņśa, Śailendraraja sama isi dan maksudnya dengan istilah Raja-Raja Melayu atau Raja-Raja turunan Siguntang, maka dapat dikatakan jika seluruh raja-raja Melayu berasal dari Jawa.

Catatan

  1. Lihat http://vocalist.us/menelisik-lebih-dalam-kerajaan-sriwijaya-yang-makmur-dan-tentram/
  2. Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya.
  3. Lihat Muhammad Yamin, Tatanegara Majapahit, Parwa III, Jakarta, Yayasan Prapantja, 1962: 225-226

Sumber gambar

  1. https://1001indonesia.net/sriwijaya/

3 comments

  1. Itu bukan meluruskan sejarah Sriwijaya pak. Itu malah membelokkan sejarah Kerajaan Sriwijaya.. Anda itu emosional, tendensius, ego dan gengsi. Tapi menutup mata menutup telinga pakta Sriwijaya yang sesungguhnya. Dinasti Sailendra itu asli Sumatra dari Bukit Siguntang Palembang. Prasasti Sojomerto tentang Dapunta Sailendra itu asli berbahasa melayu kuno lebih tepatnya berbahasa Palembang lama. Artinya Dapunta Sailendra itu asli dari turunan Bukit siguntang Palembang.
    Mustahil seorang raja Jawa membuat Prasasti berbahasa asing yg tidak akan dimengerti oleh rakyatnya untuk apa???? jaman itu belum ada pak bahasa persatuan,atau bahasa nasional apalagi bahasa Indonesia. Orang Jawa tidak akan mengerti bahasa melayu dalam prasasti Sojomerto itu apalagi jaman dulu jaman Sriwijaya mana ngerti orang Jawa baasa Melayu. Raja pastilah membuat Prasasti berdasarkan bahasa dia atau bahasa raja itu baik itu bahasa agama raja itu dan bahasa daerah asal raja itu. Dan Prasasti berbahasa Melayu kuno atau berbahasa palembang lama pada jaman Sriwijaya dan mataram kuno diJawa itu banyak pak bukan hanya di sujomerto . Ada prasasti gondo suli, prasasti buka teja, prasasti manjusrihhra dll. Untuk apa raja raja mataram Sailendra nulis prasasti pakai bahasa melayu yang mustahil dimengerti oleh rakyatnya orang Jawa. Kalau bukan karena rajanya itu orang Melayu jaman dulu itu belum ada sekolah seperti sekarang belum ada pelajaran bahasa Indonesia. Bandingkan dengan kerta negara dia pakai bahasa Jawa. Sedangkan hampir semua prasasti Sailendra itu berbahasa Melayu. Contoh di prasasti gondosuli gulai pindang hasam hasaman dicatat. Prasasti b km kateja berbunyi ini pahenda sawangan untuk apa raja nulis itu ditempat orang Jawa. Dan pula kalau memang Sailendra itu Jawa apa raja raja jawa itu udah ngerti bahasa melayu .kok nulis prasasti pakai bahasa Melayu. Hal itu tidak lainkarena raja raja Sailendra itu keturunan Melayu

  2. Lihat kronologi
    Abad VII
    (Prasasti Talang Tuwo, Tahun Saka 606 atau 23 Maret 684 Masehi)
    yang nitanang di sini niyur pinang hanau rumwiya dan samiraña…
    yang ditanam di sini kelapa, pinang, enau, rumbiya (sagu), dan semuanya…

    Abad VIII
    (Prasasti Canggal 732 Masehi) awal mula identifikasi Kadatuan Medang dinasti Sanjaya
    Kadatuan Medang itu Abad VIII-XI Masehi, beriringan dengan Kadatuan Sriwijaya
    Kelak pada Abad Xi Teguh Dharmawangsa dari Medang mau menaklukkan Palembang tapi gagal.

    Abad IX
    Perahu arab (douw) karam di Belitung sekitar 830 Masehi, menunjukkan lalu lintas laut yang sibuk di mandala Sriwijaya
    Temuan harta karun dinasti Tang ini pada 1998 dapat dilihat di… Singapura, bukan Indonesia.

    Di Abad XXI ini, bandara di Bangkok aja namanya Suvarnabhumi. Jadi, Malaysia, Thailand, Singapura secara tidak langsung mengaku menjadi mandala Sriwijaya.
    Tapi di Indonesia Sriwijaya dianggap kecil… Kadang dianggap hanya untuk menggelorakan nasionalisme

    Begitulah. Tapi, simpulannya belum final. Nanti ada temuan-temuan lagi yang akan membuat lebih terang dan jelas.

  3. Ngaco banget analisanya Jawa sentris mengenyampingkan bukti sejarah. Kalau Raja di Sriwijaya berasal dari Jawa mana ada prasasti berbahasa Jawa Kuna di Sumatra?
    Yang ada prqsasti berbahas amelayu di daerah2 di pulau Jawa padahal manab mungkin seorang raja berbahasa yang tidak dimengerti oleh rakyatnya?
    Zaman dulu kan belum ada sekolah mata pelajaran bahasa persatuan bahasa Melayu..
    Pak..pak bikin tulisan lelucon aja ente.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*
*