Hingga saat ini kesuksesan seseorang tidak dapat hanya diukur seberapa tinggi IQ atau kecerdasan intelektual seseorang. Kesuksesan tak melulu lagi soal angka di dalam raport atau seberapa besar nilai ulangan. Kesuksesan kemudian dimaknai dengan kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara IQ, EQ, SQ dan AQ.
Namun ternyata hal tersebut juga belum cukup. Perlu keseimbangan lebih untuk menjadikan seseorang untuk sukses. Keseimbangan tersebut adalah keseimbangan semua kecerdasan yang ada.
Pengertian Kecerdasan
Menurut Stenberg & Slater (1982), kecerdasan merupakan tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. Karena itu kecerdasan tidak lagi hanya menyangkut kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Ada 8 jenis kecerdasan yang telah dicatat para ahli hingga saat ini. Kedelapannya adalah IQ, EQ, SQ, MQ, AQ, ESQ, CQ dan LQ.
IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan intelektual seseorang untuk menganalisa, menggunakan logika dan rasio secara tepat. EQ (Emotional Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. SQ (Spiritual Quotient) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.
MQ (Moral Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk membedakan benar dan salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan. AQ (Adversitas Quotient) adalah kemampuan seseorang saat menghadapi segala kesulitan. ESQ (Emotional Spiritual Quotient) merupakan gabungan EQ dan SQ, atau penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Ia merupakan model model kemampuan seseorang untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku/ahlak dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ (Intelegent Quotient) yang terdiri dari IQ Logika/Berpikir dan IQ Financial atau Kecerdasan memenuhi kebutuhan hidupnya/keuangan, EQ (Emosional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) secara komprehensif.
CQ (Creativity Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim. Dan terakhir LQ (Love Quotient). Kecerdasan yang dipopulerkan CEO Alibaba Jack Ma ini bermuara pada kemampuan bekerja sama dengan orang lain dalam melakukan suatu pekerjaan. LQ menekankan pada aspek kepedulian dan empati, sesuatu yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh mesin.
Kecerdasan Individu VS Kecerdasan Sosial
Delapan kecerdasan yang dikemukakan para ahli tersebut dan mungkin ada kecerdasan-kecerdasan lain yang menyusul, tentu saja pantas untuk menjadi bagian dari kurikulum pendidikan yang harus diadopsi dan dikembangkan anak bangsa. Hanya saja sayangnya kecerdasan tersebut hanya menekankan pada pengembangan manusia sebagai makhluk individu semata. Padahal manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.
Keberhasilan manusia secara individu pada kenyataannya belum tentu baik untuk lingkungan sosialnya. Lingkungan di mana seseorang tersebut berada. Keberhasilan individu yang telah diraih, juga belum tentu mendukung lingkungan sosial menjadi lebih baik. Saat seseorang berhasil sukses membangun sebuah bisnis besar misalnya, namun kala banyak bahan, mesin, dan tenaga kerja masih menggunakan produk asing tanpa memaksimalkan yang ada di lingkungannya, maka secara sosial, individu tersebut dapat dikatakan tidak berhasil. Demikian pula lainnya. Seperti seorang berhasil mengembangkan kecerdasan individunya sehingga menjadi pemimpin sebuah entitas sosial, namun jika ia kemudian memanfaatkan kecerdasan individunya menjadi proxy entitas sosial lain yang hanya akan memanfaatkan entitas sosial di mana ia berada, maka secara sosial, individu tersebut juga dapat dikatakan tidak berhasil karena tidak memiliki kecerdasan sosial.
Kecerdasan Sosial Sebagai Kecerdasan Bernegara
Sebagai makhluk sosial, setiap individu hidup dalam sebuah masyarakat. Dan masyarakat hidup dalam sebuah negara. Untuk itulah maka kecerdasan individu sebagai makhluk sosial harus meliputi kecerdasan bernegara. Kecerdasan bernegara tersebut, kami sebut dengan istilah Nation Quotient (NQ).
Nation Quotient (NQ) adalah kemampuan seseorang untuk dapat mensinergikan seluruh kecerdasan individu guna mampu ikut melaksanakan fungsi dan tujuan negara dalam segala aktifitas yang dilakukan sebagai makhluk sosial. Fungsi dan tujuan negara ini tentu saja sebagaimana yang dicatat dalam konstitusi yaitu pada pembukaan UUD 1945. Dengan adanya NQ ini, seseorang yang berhasil secara individu sebagai kolaborator atau bagian utama proxy war bagi negara asing, secara sosial menjadi tidak ada gunanya.
Untuk itulah maka Nation Quotient (NQ) perlu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan yang harus diadopsi dan dikembangkan anak bangsa di samping kecerdasan seseorang sebagai makhluk individu yang lain. Kecerdasan ini bahkan perlu menjadi tolak ukur pengukuran kecerdasan seseorang sebagai makhluk individu.
Sekalipun tidak menutup kemungkinan akan lahir kecerdasan sosial turunannya, namun Nation Quotient (NQ) perlu menjadi pusat kecerdasan individu kala menjadi makhluk sosial. Sebab negara merupakan suatu organisasi atau lembaga tertinggi dari kelompok masyarakat yang terdiri dari sekumpulan individu di wilayah tertentu, memiliki cita-cita untuk hidup bersama, serta memiliki sistem pemerintahan yang berdaulat.*