Dalam sebuah artikel yang dimuat Gatra, disebutkan jika orang Indonesia tepatnya Jawa mengenal minuman kopi sejak tahun 1616 yang dibawa Admiral Pieter Van den Broeke dari Belanda. Admiral Pieter Van den Broeke kala itu mendapat tugas untuk berdagang dengan bangsa Arab di Laut Tengah.
Kisah ini sayangnya tidak mendapat tanggapan dari para arkeolog dan sejarawan terkemuka Indonesia. Sehingga pada akhirnya, pengetahuan kopi menjadi rahasia umum pertama kali diketahui Indonesia melalui Belanda. Sangat menarik ternyata kisah Admiral Pieter Van den Broeke tersebut keliru. Berdasar data filologis, kopi sudah dikenal oleh orang Indonesia pada masa Majapahit
Kopi Majapahit
Dalam Kroniek Van Koetai, Maharaja Sultan dari Kutai Karta Nagara dikisahkan dijamu oleh Raja Majapahit dengan minuman kahwa dan teh.
Setelah soedah berhenti maka haripoen soedah djaoeh malam maka keloear poela santapan minoeman seperti kahwa dan tėh serta dengan djoeadahnja berdjenis-djenis roepanja dan tjita rasanja seperti dodol dan noman dan madoe moengsoe dan serikaja dan lelapon sitoekoepan dan poeteri mandi dan ratoe berkoeroeng maka itoelah banjak djenisnja makan-makanan itoe maka sang ratoe dan Maharadja Soeltanpoen makan minoemlah baginda doea orang itoe sambil memandir-mandir maka kata Maharadja Soeltan: “Berapa perkara soeaka orang yang kaboel”, (Constantinus Alting Mees, 1935: 207).
Minuman teh adalah minuman teh seperti yang dikenal pada saat ini. Sedangkan minuman kahwa merupakan minuman yang masih menjadi rahasia para ahli kuliner Indonesia. Sangat menarik jika kahwa adalah istilah Melayu klasik untuk kawa atau kopi dalam bahasa Melayu. Dari keterangan tersebut maka dapat dikatakan jika kopi sudah dikenal Indonesia jauh sebelum h Admiral Pieter Van den Broeke bahkan jauh sebelum kedatangan Belanda atau Portugis. Kopi merupakan salah satu minuman khas dari istana Majapahit.
Asal Usul Kopi
Menurut sebuah legenda, asal usul kopi dimulai dari seorang penggembala kambing yang bernama Khalid di Kaffa di Ethiopia, yang mendapati para kambingnya sontak menjadi bersemangat, menggebu setelah mengunyah serumpun buah kemerahan yang mirip cherry. Legenda ini dipercaya menjadi titik awal kopi berasal.
Sekitar 1000 – 1500 tahun lalu, pusat produksi qahwah ada di kota pelabuhan Mocha di Yemen. Qahwah kemudian diserap menjadi qahve oleh orang Turki, dan menyajikan sebagai minuman kepada tamu-tamu pedagang Italia. Para pedagang Italia inilah yang kemudian membawa caffe (kata qahve yang diserap) ke daratan Eropa dan menjadi minuman ajaib yang disukai banyak orang.
Sangat menarik Qahwah atau kopi dalam bahasa Arab sangat dimungkinkan bukan berasal dari bahasa Arab. Adalah Sir James Murray seorang editor utama kamus Oxford, mengemukakan hal tersebut untuk pertama kalinya. Menurutnya, kata coffee kemungkinan berasal dari bahasa Afrika, dan ada hubungannya sama nama Kaffa, sebuah kota di Shoa, tempat tanaman kopi tumbuh. Mengingat kata qahwah tidak diberikan buat buah atau tanamannya tapi merujuk pada arti minuman kopi itu sendiri. Hal ini karena tanaman kopi dalam bahasa Arab disebut bunn. Dan lebih menarik kembali, ternyata di daerah Shoa sendiri qahwah juga disebut dengan būn. Tidak mendekati sedikitpun dengan kata qahwah.
Pendapat Sir James Murray di atas, tentu sebuah merupakan sebuah kemajuan tersendiri akan asal usul qahwah. Karena itu pendapat Sir James Murray perlu mendapat penelitian lebih lanjut. Mengingat di daerah Shoa sendiri tanaman kopi disebutnya būn, maka istilah qahwah harus dicari dari daerah lain.
Bila melihat kopi lebih jauh, pada saat ini di dunia dapat dikatakan mengenal akan 4 jenis kopi. Kopi arabica (Coffea arabica), kopi robusta (Coffea canephora), kopi liberica (Coffea liberica) dan kopi excelsa (Coffea dewevrei). Dua kopi terakhir sangat jarang didengar apalagi dilihat. Konon kopi liberica merupakan “best of the best” dari segala kopi di dunia ini. Hanya saja sayangnya kopi liberica ini sangat kecil volume yang beredar di dunia.
Uniknya, kopi liberica ini merupakan tanaman yang termasuk tanaman hutan dan banyak terdapat di pedalaman Kalimantan. Ia menjadi minuman tradisional suku Dayak Kalimantan selama berabad-abad. Pohon liberica ini bisa mencapai ketinggian 30 m, dan biji kopi liberica merupakan biji kopi dengan ukuran terbesar di dunia.
Kopi Minuman Majapahit Untuk Dunia
Ketika Maharaja Sultan dari Kutai Karta Nagara melihat minuman yang dihidangkan Raja Majapahit, Maharaja Sultan tentu mengetahui bahwa kahwa adalah tanaman yang tumbuh di wilayahnya. Sekalipun kemungkinan juga di daerahnya, kahwa tersebut tidak dimanfaatkan seperti di Majapahit. Karena itu penulis Kutai Karta Nagara tidak menyebut minuman yang dihidangkan di istana Majapahit dengan istilah Jawa. Tapi istilah yang digunakan oleh penduduk Kalimantan ketika itu.
Dari hal tersebut maka dapat dikatakan jika legenda kopi dari Ethiopia kiranya perlu direvisi. Kopi adalah minuman tradisional Kalimantan yang dipopulerkan Majapahit menjadi minuman malam hari istana Majapahit. Sangat dimungkinkan jika minuman itu merupakan kuliner minuman kerajaan sebelum Majapahit. Ia merupakan minuman kerajaan-kerajaan di Jawa yang diwariskan secara turun temurun. Karena Medang, Kadiri hingga Majapahit dicatat menjalin hubungan dengan para pedagang Arab maka kahwa menjadi minuman yang kemudian juga dikenal Arab dan disukai di sana. Terlebih banyak varietas kopi juga kemudian ditemukan.
Karena itu dapat dikatakan jika Qahwah atau minuman kopi, adalah kata serapan Arab untuk Kahwa kopi tradisional Kalimantan yang disajikan di istana Majapahit. Kahwa merupakan minuman dari dapur istana Majapahit untuk dunia.
Sumber:
- Constantinus Alting Mees, De Kroniek Van Koetai. Santpoort: N.V. Uitgeverij V/H C.A. Mees, 1935.
- http://kopikeliling.com/news/asal-muasal-kata-kopi.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi
- http://bundaeda.wordpress.com/2010/06/10/asal-usul-jenis-kopi/
- http://www.gatra.com/budaya-1/apresiasi/28096-kisah-kopi-sampai-di-indonesia.html
- http://rivazzavir.ucoz.com/news/asal_usul_dan_sejarah_unik_kopi/2013-11-06-60